Kamis, 13 Desember 2007

RAHASIA KEKUATAN IMAJINASI

Bos saya di Bumiputera, Pak Soeseno, dalam forum pembekalan para calon Kepala Cabang Askum peserta fit and proper test, menceritakan pengalaman pribadinya. Di awal tahun 1980-an dalam suatu perjalanan melakukan kunjungan kepada calon customer, ia kehujanan dan berteduh di bawah jembatan semanggi. Ketika itu, ia masih di level Kepala Unit, yang mengkoordinasikan 7 orang agen. Di tengah menunggu hujan yang deras di sore hari itu, Pak Soeseno iseng menghitung mobil yang lewat di bawah jembatan Semanggi.
“Saya ingin tahu berapa jumlah mobil yang lewat per menit. Ternyata cukup banyak saat itu mobil yang lewat per menit rata-rata 70 mobil. Umumnya mobil-mobil yang lewat adalah mobil mewah, termasuk Mercy atau BMW.”
Ia mengatakan, “Setelah menghitung mobil-mobil yang lewat tadi dan melihat mobil-mobil mewah, saya timbul keinginan dan berimajinasi bahwa sepuluh tahun dari saat itu saya harus punya mobil mercy”.
Sekedar Anda tahu, 10 tahun kemudian Pak Soeseno mampu mewujudkan impian dalam bentuk keinginan dan imajinasi memiliki mobil mercy itu menjadi kenyataan. Bukan hanya satu mobil mercy, tetapi empat mobil mercy berhasil dimiliki.
Imajinasi yang kreatif ternyata memiliki kekuatan yang besar. Tentu, bukan berarti, setelah seseorang memiliki impian yang diimajinasikan lalu impian itu dapat terwujud. Seperti halnya Pak Soeseno, imajinasi itu tidak secara otomatis menjadi nyata. Ia bertindak dan bekerja keras bertahun-tahun mewujudkan impiannya. Berbagai kesulitan berhasil diatasi. Berbagai hambatan dan tantangan juga mampu ia lewati. Kuncinya, kata Pak Soeseno, “Bekerja secara konsisten, didukung dengan kemampuan profesional yang baik, termasuk memiliki ketrampilan berkomunikasi dan network yang luas.”
Pengalaman Pak Soeseno tentang mengimajinasikan impian itu bisa dilakukan semua orang. Lalu kenapa ada yang berhasil, tetapi juga banyak yang gagal. Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan seseorang dalam mewujudkan impian walaupun ia sudah mencoba mengimajinasikan. Diantaranya, karena keyakinan dan tindakan orang itu kurang mendukung.
Tetapi yang jelas, sesuai judul tulisan ini ternyata imajinasi bisa menjadi salah satu sumber daya penting yang bersumber dari otak kita sekaligus menjadi kekuatan untuk mewujudkan suatu impian. Begitu hebatnya imajinasi, sampai ilmuan kondang, Albert Einstein mengatakan bahwa “imajinasi adalah kunci ilmu pengetahuan.”
Apa rahasia kekuatan imajinasi itu? Anda bisa menggalinya sendiri dan banyak yang bisa diperoleh. Sekedar untuk memberi gambaran, ada empat rahasia kekuatan imajinasi yaitu fokus, membangkitkan motivasi, memacu berfikir kreatif, dan memudahkan bertindak efektif.

Membuat lebih fokus;
Kalau Anda memiliki suatu tujuan, sasaran, impian, atau keadaan yang dinginkan, maka cobalah diimajinasikan. Dalam imajinasi itu usahakan Anda bisa melihat dengan jelas apa yang menjadi impian Anda. Dengan mengimajinasikan impian tadi secara teratur dan terus menerus, kita akan lebih mudah mengarahkan semua sumber daya yang kita miliki untuk mencapainya. Singkatnya, sumber daya dan tindakan menjadi lebih mudah difokuskan untuk mencapai impian tadi ah

Membangkitkan motivasi;
Imajinasi tentang impian Anda akan dapat mempengaruhi perasaan. Kabar baiknya, semua tindakan kita sesungguhnya dipengaruhi oleh perasaan. Dengan kata lain, motivasi diri dapat dimunculkan dengan mengkondisikan perasaan Anda secara positif. Dalam imajinasi, usahakan Anda bisa melihat, mendengar, serta merasakan impian itu terwujud. Oleh sebab itu, dalam imajinasi, bayangan yang muncul haruslah tentang sesuatu yang positif dan menyenangkan.
Jadi, sesungguhnya, fungsi imajinasi adalah untuk membangun kondisi emosi Anda agar mendukung tindakan-tindakan yang dapat mengarahkan dan mendekatkan pada tercapainya suatu impian.

Memacu berfikir kreatif;
Setiap orang pada hakikatnya memiliki potensi untuk berpikir kreatif. Berpikir kreatif bisa menggunakan dua pendekatan, yaitu berfikir konvergen dan divergen. Cara berfikir konvergen, kita mengingat kembali semua ide-ide besar yang pernah Anda pikirkan dan mempersempit jumlahnya hingga tinggal beberapa yang terbaik. Sedangkan berfikir divergen, kita membiarkan pikiran bergerak ke mana-mana secara simultan. Dalam hal ini, timbulnya ide akan mendorong timbulnya ide lain, selanjutnya dipilih ide yang dapat bekerja paling baik.
Melalui imajinasi, kita akan mudah berfikir kreatif. Dalam Imajinasi kita juga bisa mencetuskan ide-ide yang mungkin sebelumnya belum terpikirkan. Kreativitas sangat diperlukan untuk mendapatkan ide-ide yang dapat mendukung, mendekatkan, dan memudahkan pencapaian suatu impian.

Memudahkan bertindak efektif;
Melalui imajinasi kita mudah mendapatkan ide-ide yang kreatif. Apabila ide-ide uang kreatif tentang suatu impian dan langkah-langkah mencapainya dalam bentuk tertulis maka kita pun akan lebih mudah untuk bertindak efektif. Tindakan yang efektif berarti apa yang dilakukan dapat mendekatkan dan memperpendek jalan untuk mewujudkan suatu impian.
Untuk mencapai sesuatu yang bernilai tinggi, sesuatu yang besar, dalam hidup ini kita membutuhkan sarananya. Salah satu sarana yang sudah diberikan oleh Tuhan untuk kita adalah pikiran kita. Dengan pikiran kita bisa melihat masa depan beberapa tahun yang akan datang. Dan, melalui imajinasi kita juga akan mampu mewujudkan keadaan yang kita inginkan. Mari kita berdayakan sumber daya yang tinggi nilainya, untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik dan terus lebih baik. **

MENGELOLA EMOSI MEMBANGKITKAN MOTIVASI

Indonesia Menangis lagi. Minggu, pagi, 26 Desember 2004, gempa dan gelombang tsunami menimpa saudara-saudara kita di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Musibah itu telah menelan ribuan korban jiwa dan sejumlah besar harta benda. Musibah yang sama juga menimpa negara tetangga antara lain Thailand, Srilanka, Maladewa, Malaysia dan India. Sebelumnya, serangkaian musibah juga baru saja terjadi menimpa saudara-saudara kita di beberapa daerah antara lain gempa di Nabire, jatuhnya dua helikopter di Papua dan Wonosobo, tergelincirnya pesawat Lion Air di Solo serta tambrakan beruntun di Jalan Tol Jagorawi Jakarta.
Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyatakan musibah yang terjadi di NAD dan Sumut sebagai musibah nasional. Melihat kondisi masyarakat yang mengalami musibah pasca gempa di sana, emosi kita menjadi tersentuh. Emosi yang tersentuh mendorong timbulnya solidaritas sosial untuk memberikan bantuan, tanpa melihat latar belakang agama maupun suku. Selain individu, juga kelompok bahkan negara lain pun dapat tergerak untuk memberikan bantuan kepada mereka yang mengalami musibah. Dalam waktu singkat puluhan milyar Rupiah dapat dikumpulkan dan berbagai bentuk bantuan digalang dari berbagai kalangan untuk membantu korban.
Itu sekadar gambaran bahwa emosi dapat menggerakkan siapapun untuk melakukan suatu tindakan yang positif. Karena itu, janganlah meremehkan keadaan emosi Anda. Mengapa? Emosi adalah salah satu potensi dalam diri manusia yang bisa diubah menjadi energi. Jika Anda salah mengelola keadaan emosi akibatnya bisa merusak kehidupan Anda. Sebaliknya, jika Anda dapat mengelola dengan benar emosi Anda maka emosi itu akan menjadi energi yang dahsyat berupa motivasi diri untuk mencapai keberhasilan.
Emosi hanyalah sebagian kecil dari karunia Tuhan yang diberikan kepada kita. Ada karunia lain yang tidak kalah penting sebagai sarana untuk mencapai kehidupan yang lebih baik sesuai dengan impian kita. Sebut saja misalnya, potensi fisik, potensi pikiran, maupun potensi spiritual. Menurut sebuah penelitian umumnya seseorang hanya menggunakan antara 10 - 40 persen dari potensinya.
Tentang emosi, menurut teori psikologi, emosi terbagi dalam lima konsep dasar yaitu sayang, senang, marah, takut, dan sedih.

Emosi sayang: Ketika sang anak sakit, seorang ibu rela menjaga siang malam, kurang tidur, dan kurang istirahat untuk merawat anaknya agar segera sehat kembali. Kekuatan emosi sayang ditunjukkan pula pada pengorbanan seorang istri terhadap suami yang sedang menderita sakit maupun pengorbanan anak dalam merawat orang tuanya yang sudah sakit-sakitan. Energi yang timbul dari emosi sayang seperti ini bisa diubah menjadi sumber motivasi untuk meraih prestasi yang maksimal dalam profesi kita saat ini. Bukti sayang Anda kepada keluarga dapat memicu semangat untuk bekerja keras. Dengan kerja keras kinerja Anda maksimal. Kinerja yang maksimal akan berbuah pada imbalan yang lebih baik sehingga Anda pun dapat mewujudkan kesejahteraan yang baik bagi keluarga Anda.
Emosi senang: Emosi senang bisa pula diarahkan untuk meraih kinerja profesional yang maksimal. Coba saja kalau kita melakukan pekerjaan dengan senang maka selain kualitas kerja menjadi makin bagus, hasilnya pun jauh lebih baik dari yang kita harapkan. Apabila kesenangan Anda hanya mengarah pada hal-hal yang tidak relevan dan tidak mendukung pada tercapainya impian maka segeralah diganti dengan emosi senang terhadap sesuatu yang dapat mendekatkan pada upaya mencapai impian kita. Anda yang paling tahu apakah emosi senang dalam diri Anda membantu atau menjauhkan Anda dari sasaran Anda sendiri.
Emosi marah: Emosi marah seringkali dikonotasikan secara negatif. Orang yang marah biasanya bersikap dan bertindak kurang simpatik. Tidak jarang emosi marah menimbulkan hubungan yang kurang harmonis antar individu. Dalam konteks ini, agar emosi marah dapat berubah menjadi energi berupa motivasi yang bermanfaat bagi kita maka diperlukan perspektif yang baru dalam melihatnya. Ketika seorang teman mengejek, menghina, atau merendahkan harga diri Anda karena Anda tidak pernah berprestasi, marahkah Anda? Anda marah itu wajar. Kemarahan Anda bisa diubah menjadi energi positif untuk mendorong Anda membuktikan bahwa Anda mampu meraih prestasi jauh lebih baik dari mereka.
Emosi takut: Anda takut kehilangan jabatan. Anda takut keluarga telantar ketika Anda tidak produktif lagi. Apa pun bentuk ketakutan Anda bisa menjadi sumber motivasi bagi keberhasilan Anda. Kalau Anda takut kehilangan jabatan, tentu Anda harus mau bekerja keras dan memenuhi target yang menjadi tanggungjawab Anda. Jika Anda takut keluarga Anda telantar maka sekaranglah saatnya Anda bekerja keras untuk menyiapkan sejumlah tabungan untuk bekal kehidupan ketika Anda tidak produktif lagi. Jika Anda takut masuk neraka di akhirat nanti, sekaranglah saatnya untuk memperbaiki diri khusunya dalam berhubungan dengan Tuhan.
Emosi sedih: Secara pribadi, kita pun tentu pernah mengalami kesedihan. Sebut saja misalnya sedih karena tidak ada peningkatan penghasilan seperti yang diinginkan, sedih karena belum ketemu jodoh, sedih karena karir tidak kunjung meningkat, dan sebagainya. Emosi sedih itu tidak boleh berlarut-larut, sebaliknya harus segera diubah menjadi emosi yang positif. Segeralah kita bangkit untuk memperbaiki keadaan agar kesedihan serupa tidak terjadi lagi.
Akhirnya, dalam mengelola emosi kita perlu menjaga keseimbangan emosi. Keseimbangan emosi dapat diciptakan melalui moralitas yang baik. Keseimbangan emosi inilah yang dapat menimbulkan energi berupa motivasi diri yang tinggi. ***

Belajar dari Penjual Balon

Di kampung, dulu, ada seorang penjual balon yang diisi gas sehingga balon yang diisi gas tadi bisa terbang. Suatu ketika karena penjualan balon sedang lesu, si penjual balon mencoba menarik perhatian anak-anak dengan melepas balonnya ke udara. Saat balon mengudara, anak-anak melihat balon yang terbang. Mereka pun tertarik ingin memiliki balon yang bisa terbang. Berbondong-bondonglah anak-anak datang dan membeli balon.
Seorang anak yang cerdas bertanya kepada si penjual balon. Kata anak itu, “Pak, kalau balon warna kuning yang dilepas, apakah balon itu juga bisa terbang?” Menjawab pertanyaan itu, si penjual balon menjawab, “Nak, balon itu bisa terbang, bukanlah karena warnanya, tetapi karena isinya. Di dalam balon itu ada gas yang membuatnya terbang”.
Jawaban si penjual balon tadi bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita. Apa maknanya? Sama halnya anda, dia, dan kita semua. Seberapa tinggi kita bisa terbang tergantung pada kompetensi profesional yang kita miliki. Terbang bisa saja diartikan karir Anda menjulang tinggi. Terbang juga dapat berarti ekonomi anda makmur, tingkat pendidikan anda tinggi, dihormati banyak orang, dan lain lain.
Dalam manajemen SDM, kompetensi mengandung tiga aspek; pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku kerja yang dapat meningkatkan kinerja dan kontribusi kepada organisasi di mana Anda berada. Pengetahuan yang harus dimiliki terkait dengan pekerjaan Anda sehari-hari. Jika ingin menjadi seorang professional, anda harus mau mengembangkan diri dengan terus memperbarui pengetahuan yang anda miliki. Pengetahuan kita yang kita peroleh dua atau tiga tahun lalu mungkin sudah kurang relevan lagi. Apalagi masalah yang kita hadapi dulu dengan sekarang sudah berbeda. Itu berarti kita butuh pengetahuan baru agar kita bisa mengatasi masalah baru yang timbu.
Ketrampilan juga perlu terus ditingkatkan kualitasnya, kalau perlu tidak hanya satu macam tapi beberapa macam. Ketrampilan itu diperlukan agar kita mampu melakukan pekerjaan dengan efekfif dan efisien. Prinsipnya sama dengan pengetahuan yang kita miliki. Kita perlu terus mengasah dan memperbarui ketrampilan yang kita miliki agar makin berkualitas.
Yang tidak kalah penting dari pengetahuan dan ketrampilan, adalah perilaku kerja kita. Cara kita memandang, cara kita menyikapi, dan cara kita melakukan pekerjaan sehari-hari akan menentukan kualitas kerja dan kualitas kontribusi kita kepada organisasi maupun perusahaan secara keseluruhan.
Pengetahuan, ketrmpilan, dan bagimana anda menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu untuk melakukan pekerjaan anda pada akhirnya akan menentukan apa yang akan Anda peroleh nantinya. Jadi, kalau kita ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik, lebih bernilai, maka yang kita lakukan segera adalah terus-menerus meningkatkan kualitas isi atau kompetensi professional diri kita. Benarkah? Coba saja. ***

MENCARI KEKAYAAN YANG MEMBAWA BERKAH

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya harta adalah sesuatu yang hijau lagi manis. Barangsiapa mengambilnya dengan hak dan meletakkannya pada haknya, maka ia adalah sebaik-baik pertolongan. Dan barangsiapa yang mengambilnya tanpa hak, maka ia seperti orang yang makan, tetapi tidak pernah merasa kenyang.”
(HR. Bukhari Muslim)

Kata-kata bijak yang dikenal sebagai hadis Nabi Muhammad SAW ini menggambarkan bahwa mencari harta bukanlah sesuatu yang dilarang. Yang penting adalah cara memperoleh dan cara menggunakannya. Dalam hadis itu antara lain disebutkan “mengambilnya dengan hak dan meletakkan pada haknya”. Kata “hak” dalam konteks ini mengandung pengertian yang benar. Benar itu dapat berarti adil, tidak bohong, dan lurus hati.
Ungkapan hadis itu bisa menjadi panduan setiap orang agar dalam mencari harta kekayaan hendaknya tetap berpedoman pada norma yang berlaku seperti norma agama, sosial, maupun hukum.
Tujuan orang yang bekerja adalah imbalan uang. Tak ada seorang pun di dunia ini yang mau bekerja tanpa dibayar. Dengan uang seseorang bisa memiliki harta apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan.
Wajarlah bila sebagian orang rela berangkat pagi-pagi, pulang malam, dengan harapan setiap akhir bulan menerima imbalan sejumlah uang. Uang bisa menjadi salah satu motivasi yang kuat bagi seseorang. Tak peduli hujan, tak peduli sakit, tak peduli kemacetan, seseorang harus bekerja untuk mendapatkan uang.
Dengan uang itu, kebutuhan hidup dapat dipenuhi, seperti kebutuhan makan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan lain lain. Uang bisa membuat segalanya menjadi mudah, walaupun uang bukanlah segala-galanya. Bukankah, tidak semua hal bisa dibeli dengan uang. Perasaan cinta, kebahagiaan, persaudaraan ataupun nilai-nilai yang lain adalah contoh yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Bahayanya Orientasi Materi

Motivasi yang berorientasi materi khususnya harta benda termasuk uang seringkali lebih menonjol pada diri kita. Banyak kalangan pelaku usaha memotivasi karyawan dengan menjanjikan bonus, sejumlah hadiah uang, kenaikan jabatan, maupun bentuk lain yang ujung-ujungnya adalah uang. Di sisi lain, secara pribadi, kita pun memiliki sasaran-sasaran yang akan diwujudkan yang ujung-ujungnya adalah uang.
Motivasi semacam itu seringkali efektif untuk memotivasi agar produktivitas kerja kita meningkat. Tetapi, motivasi yang berorientasi pada kebutuhan materi sesungguhnya sangat berbahaya. Berbahaya bagi siapa? Bisa saja berbahaya bagi diri sendiri, orang lain, perusahaan, masyarakat dan negara.
Orang yang bercita-cita menjadi kaya, bila tidak dilandasi dengan bimbingan agama sepak terjangnya bisa-bisa menghalalkan segala cara. Hati nuraninya tertutup dari cahaya kebenaran. Norma yang berlaku tidak lagi dihiraukan. Baginya, yang penting mendapatkan banyak uang.
Di sisi lain, orang yang menjadikan uang sebagai tujuan utama, cenderung mudah tergelincir melanggar peraturan, hukum, dan norma lainnya. Ini jelas sangat berbahaya. Apabila ia berada di sebuah perusahaan, maka ia bisa menjadi salah satu sumber kerugian perusahaan itu. Jika perusahaan rugi, akan banyak orang yang menjadi korban. Apabila ia berada di tubuh lembaga pemerintahan, maka ia akan menjadi salah satu sumber kebangkrutan keuangan negara. Bila keuangan negara bangkrut, akibatnya masyarakat tidak mendapatkan bantuan fasilitas yang seharusnya menjadi haknya.
Orang yang gila harta, tujuannya hanya satu bagaimana mendapatkan harta sebanyak-banyaknya. Ia bekerja pagi, siang, dan malam tanpa mengenal lelah, bekerja, bekerja, dan bekerja, demi tercapainya target. Dirinya sendiri pun seringkali kurang mendapat perhatian. Kewajiban kepada Tuhan terabaikan, Sarapan tidak sempat, istirahat kurang, makan menjadi tidak teratur dan tidak terkontrol, tidak ada waktu sosialisasi di lingkungan masyarakat, bahkan bertemu dengan keluarga pun waktunya sangat terbatas. Jika demikian, dikhawatirkan kekayaan berupa uang, harta benda maupun jabatan tinggi yang sudah digenggam tak membawa berkah.
Lalu apa gunanya uang yang dikumpulkan selama ini kalau setelah kita peroleh akhirnya hanya dibuang untuk biaya perawatan kesehatan, menguap sia-sia, dan tidak dapat dinikmati. Bahkan, yang lebih ironis, hidup kita tidak menjadi lebih baik tapi lebih buruk dalam perspektif spiritual.

Orientasi Spiritual

Apakah betul uang menjadi satu-satunya sumber motivasi? Tidak, itu kita sepakat. Banyak sumber motivasi lain yang bisa digunakan untuk mendongkrak produktivitas kita. Motivasi yang paling kuat adalah motivasi yang timbul dari dalam diri kita masing-masing. Sumber motivasi yang paling kuat dan tahan lama dalam diri kita adalah motivasi yang berorientasi pada spiritiual (non materi).
Orang yang berorientasi pada materi, apabila materi tersebut tidak diperoleh maka motivasi orang itu bisa turun dan akhirnya tidak lagi termotivasi. Orang yang berorientasi pada nilai-nilai spiritual, motivasinya cenderung lebih konsisten. Ia bekerja bukanlah semata-mata untuk mendapatkan imbalan uang. Uang hanya diposisikan sebagai konsekuensi logis atau hak yang diterima sesuai dengan nilai kontribusi yang telah diberikan. Uang juga dipandang sebagai ukuran tingkat kompetensi yang dimilikinya.
Jadi, untuk membangkitkan motivasi, kita bisa menggunakan pendekatan spiritual. Apa yang dikemukakan oleh Jansen H. Sinamo sebagai delapan etos kerja profesional sangatlah menarik untuk dicermati, sebagai salah satu bentuk penggunaan nilai-nilai spiritual sebagai sumber motivasi.
Jansen H. Sinamo dalam bukunya berjudul Ethos 21 mengemukakan delapan etos kerja profesional sebagai berikut:
1. Kerja adalah rahmat; aku bekerja tulus dengan syukur.
2. Kerja adalah amanah; aku bekerja benar penuh tanggungjawab.
3. Kerja adalah panggilan; aku bekerja tuntas penuh integritas.
4. Kerja adalah aktulisasi; aku bekerja keras penuh semangat.
5. Kerja adalah ibadah; aku bekerja serius penuh kecintaan.
6. Kerja adalah seni; aku bekerja kreatif dengan penuh suka cita.
7. Kerja adalah kehormatan; aku bekerja tekun penuh keunggulan.
8. Kerja adalah pelayanan; aku bekerja sempurna dengan kerendahan hati.

Kerja adalah rahmat: Kita bisa bekerja bergabung dengan sebuah perusahaan selayaknya disyukuri. Kita bisa bekerja karena dipercaya memiliki kompetensi, itu merupakan rahmat Tuhan. Apa yang terjadi bila semua orang tidak percaya sama kita sehingga tidak ada perusahaan yang mau menerima kita atau tidak ada orang yang mau berbisnis dengan kita. Karena itu, rasa syukur itu hendaklah kita wujudkan dengan bekerja secara tulus. Kita bekerja untuk memberi kontribusi bagi kebaikan perusahaan, bagi masyarakat, dan bagi kemanusiaan. Selebihnya kita serahkan kepada Tuhan. Jika kita mau bersyukur, maka nikmat yang kita terima justru akan ditambah lagi oleh Tuhan.
Kerja adalah amanah: Tahukah Anda bahwa ketika kita bekerja sesungguhnya kita sedang menjalankan amanah. Gaji dan bonus yang kita terima itu pada hakikatnya imbalan atas amanah yang kita tunaikan. Sebagai karyawan kita mendapat amanah untuk melakukan suatu pekerjaan. Itu sebabnya, amanah itu harus kita laksanakan dengan penuh tanggungjawab. Kita harus bersedia menanggung beban melakasanakan pekerjaan itu dan menjawabnya dengan hasil yang maksimal sebagaimana yang diminta oleh manajemen.
Kerja adalah panggilan: Apa pun pekerjaan kita saat ini adalah bagian dari pilihan kita sendiri. Pilihan itu adalah panggilan hati kita sendiri. Oleh karena pekerjaan itu pilihan kita sendiri wajarlah kalau kita bekerja dengan penuh integritas. Artinya, ada kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Itu juga berarti, bahwa keputusan memilih pekerjaan itu hendaknya disertai dengan kemauan untuk melakukan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sayangnya, seringkali dalam bekerja, kita tidak menggunakan kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Akibatnya, hasil kerja kita juga tidak maksimal.
Kerja adalah aktulisasi: Proses melakukan pekerjaan itu pada hakikatnya suatu proses aktulisasi potensi diri. Dalam bekerja kita mengerahkan kemampuan yang kita miliki termasuk kemampuan yang mungkin masih terpendam atau lama tidak dipergunakan. Dalam bekerja secara tidak langsung kita juga mengasah keahlian dalam melakukan pekerjaan itu, menambah pengalaman, menambah pengetahuan, serta membentuk kebiasaan bekerja yang positif. Karena itu, semakin keras kita bekerja, aktulisasi potensi dan pengembangan diri kita akan lebih efektif.
Kerja adalah ibadah: Dalam ajaran agama, secara tegas dinyatakan bahwa manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah kepada Tuhan. Konsekuensinya, semua yang kita lakukan selama sesuai dengan norma agama maka akan menjadi bagian dari ibadah kita kepada Tuhan. Kerja pun sesungguhnya wujud ibadah kepada Tuhan. Kita bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarga. Proses ini adalah bagian dari ketaatan kepada norma agama, karena kita harus menjaga agar keluarga yang kita tinggalkan tidak menderita dan akhirnya menjadi beban bagi masyarakat. Rasulullah SAW bersabda, “Kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik bagimu daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin, yang meminta-minta kepada manusia.”

Kerja adalah seni: Seni berarti keahlian membuat karya yang bermutu. Jadi, kalau kerja adalah seni, maka dapat diartikan bahwa ketika kita bekerja sesungguhnya merupakan suatu proses penciptaan sebuah karya yang bermutu. Apa pun pekerjaan dan tanggungjawab kita, maka seyogyanya berorientasi pada mutu hasil kerja kita. Pandangan ini menunjukkan, dalam bekerja kita dianjurkan untuk kreatif sehingga pekerjaan kita bernilai tinggi bagi perusahaan maupun masyarakat, dan kita pun bangga dengan hasil pekerjaan kita.
Kerja adalah kehormatan: Orang yang bekerja sesungguhnya ia menjaga kehormatan dirinya sendiri. Itu berarti, hasil kerja kita haruslah buah dari kompetensi yang kita miliki. Semakin tinggi kualitas hasil kerja kita maka makin tinggi kompetensi kita. Jangan sampai, kita mencapai hasil bukan karena kompetensi kita tetapi karena perilaku curang. Seberapa tingginya prestasi dan hasil yang kita capai apabila dihasilkan dari perilaku kerja yang menyimpang dari norma maupun peraturan maka hasil itu tidak akan menambah kehormatan tetapi justru akan merusak kehormatan diri sendiri. Cepat atau lambat orang akan tahu kecurangan yang kita lakukan.
Kerja adalah pelayanan: Sesungguhnya, semua jenis profesi di dunia ini adalah manifestasi dari pelayanan. Semakin banyak orang yang puas dengan pelayanan kita maka kita pun akan mendapatkan bayaran makin tinggi. Agen asuransi bisa menjadi contoh. Semakin banyak orang yang berhasil dilayani maka otomatis preminya makin besar. Besarnya premi akan membuahkan komisi yang besar pula. Jadi, untuk meningkatkan penghasilan, seorang agen dapat melakukannya dengan cara meningkatkan jumlah orang yang menjadi pemegang polis yang dilayaninya.
Delapan etos kerja profesional di atas layak dipertimbangkan sebagai sumber motivasi yang berorientasi pada spiritual. Kerja yang berorientasi pada nilai-nilai spiritual selain memberikan kepuasan batin juga dapat menjadi motivasi yang kuat dan tahan lama. Perilaku kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai spiritual bisa melahirkan sikap dan perilaku profesional yang selama ini didambakan setiap orang khususnya di kalangan pelaku bisnis yang menjunjung tinggi kejujuran dan kepercayaan.Proses kerja yang berpijak pada nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan yang digambarkan dalam delapan etos kerja profesional itu berpeluang besar untuk menghasilkan imbalan kekayaan berupa uang, harta, dan kedudukan yang berkah. Berkah berarti membawa kebaikan bagi banyak orang. Semoga apa yang kita miliki menjadi berkah***

TARGET FLORENCE CHADWICK

Saat itu, tanggal 4 Juli 1952, California Coast sedang diliputi kabut pagi. Dua puluh satu mil ke Barat di pulau Catalina, seorang wanita berumur 34 tahun mengarungi Lautan Pasifik dan mulai berenang menyeberangi California. Jika ia berhasil, ia akan menjadi wanita pertama yang berhasil melakukannya. Wanita tegar ini bernama Florence Chadwick. Sebelumnya, ia telah berhasil menjadi wanita pertama yang menyeberangi selat Inggris pulang pergi berenang.

Pagi hari itu airnya sangat dingin, dan berkabut sangat tebal sehingga membuatnya hampir tidak dapat melihat perahu-perahu yang mengiringinya. Sementara ia terus berenang, ribuan orang menyaksikannya melalui televisi. Beberapa kali ikan-ikan hiu mencoba mendekat, tetapi berhasil diusir dengan dayung. Ia terus saja berenang. Yang menjadi masalah terbesar dalam penyeberangan ini bukanlah kelelahan, tetapi air yang dinginnya menusuk sampai ke tulang sumsum.

Setelah lebih dari 15 jam berenang, ia merasa lelah dan kedinginan. Ia lalu memutuskan untuk berhenti saja dan meminta untuk diangkat dari air. Ibu dan pelatihnya yang mengiringinya di perahu terdekat mengatakan bahwa ia hampir sampai. Mereka terus memberi semangat agar ia jangan menyerah. Tetapi ketika iamencoba melihat kedepan pantai California, ia tidak bisa melihat apa-apakarena kabut yang sangat tebal.

Tidak lama kemudian tepatnya 15 jam dan 55 menit ia diangkat dari air. Sejam kemudian, setelah tubuhnya kembali menjadi hangat. ia mulai merasakan kekecewaan akan kegagalannya. Ia melontarkan kekecewaannya pada wartawan, ”Saya menyesal pada diri saya sendiri. Andaikan saja saat itu saya bisa melihat daratan, pasti saya berhasil.”

Bagaimana tidak kecewa? Ia diangkat dari air hanya 2,4 km saja dari pantai California! Kemudian ia menjelaskan, bahwa bukanlah karena kelelahan atau kedinginan yang menyebabkan ia menyerah, tetapi ketidakmampuannya untuk melihat target yang tertutup kabut.***

KETEKUNAN DAN “JUARA OLIMPIADE TERBESAR”

Dalam Olimpide Sydney tahun 2000, muncul seorang atlet yang lebih menonjol dibandingkan semua atlet besar lainnya: Steve Redgrave. Ia bukan saja lebih menonjol dari semua atlet tetapi dari semua atlet Olimpiade di sepanjang zaman.
Mengapa ?
Karena ia telah menggunakan kekuatan visi dan komitmen ketekunannya pada Ritual Latihan untuk mencapai “sesuatu yang mustahil”.
Waktu kecil Redgrave tidak dianggap pandai dan hanya diberi sedikit kesempatan untuk “muncul” di dunia. Tetapi kemudian ia mampu “menemukan” olahraga dayung.
Olahraga dayung dianggap sebagai salah satu olahraga terberat karena dibutuhkan komitmen pada latihan dan diperlukan kebugaran yang sangat tinggi. Tidak seperti banyak olahraga lainnya, dayung mensyaratkan Anda bugar dalam tiga hal: stamina, kelenturan, dan kekuatan. Untuk melatih dan memelihara tiga jenis kebugaran ini dibutuhkan dedikasi yang sangat besar.
Misalnya, latihan standar (perlu diingat bahwa ini harus dilakukan 360 hari setiap tahun!). Setiap hari ia bangun pukul 5 pagi, dilanjutkan dengan latihan dayung disungai selama dua jam. Sesudah makan pagi dan relaksasi sebentar, diadakan sesi evaluasi dan perencanaan selama satu atau dua jam. Lalu acara latihan lagi di gimnasium atau dengan mesin dayung, kemudian makan siang dan istirahat. Di sore hari melakukan latihan dayung jarak jauh di sungai selama dua atau tiga jam.
Pada usia 22 tahun, Redgrave telah melakukan ritual harian ini selama empat tahun. Di Los Angeles ia memenangkan Medali Emas Olimpiade pertamanya.
Empat tahun kemudian, pada Olimpiade di Seoul, Korea pada tahun 1988, ia telah melakukan empat tahun ritual latihan lagi dan memenangkan Medali Emas keduanya.
Pada tahun 1992 di Olimpiade Barcelona, Steve Redgrave telah melakukan empat tahun latihan tambahan (artinya sudah 12 tahun latihan tanpa henti!), dan memenangkan Emas Olimpiade ketiga.
Apakah anda sudah merasa lelah hanya dengan membayangkan apa yang telah ia lakukan?
Pada tahun 1996, Redgrave telah memberikan lagi komitmen empat tahunnya (artinya 16 tahun), dan memenangkan Olimpiade keempat.
Pada tahap ini banyak orang yang sudah menganggap Steve Redgrave sebagai atlet terbesar Olimpiade, karena sebelumnya, tidak seorang pun pernah memenangkan madali emas selama empat tahun berturut-turut. Tetapi ini masih belum cukup baginya.
Setelah beberapa perenungan, ia memutuskan untuk berlatih lagi dengan intensitas latihan yang sama selama empat tahun lagi (jumlahnya adalah 20 tahun!) dan berusaha meraih medali kelimanya di Olimpiade Sydney. Dengan demikian perjalanannya semakin sulit. Setahun sebelum Olimpiade, Redgrave, yang sudah mencapai usia 37 tahun (usia yang sudah dianggap “habis” dalam dunia dayung) didianosis menderita diabetes yang parah dan harus mendapatkan suntikan insulin enam kali sehari.
Steve menjalankan tanggungjawabnya dengan beban tambahan ini, menggabungkannya kedalam ritual harian dan pergi ke sydney untuk memenangkan medali emas kelimanya!
Yang seringkali terabaikan dari pandangan kita adalah selama 20 tahun komitmen yang luar biasa, visi keberhasilan dan ritual latihan yang sangat padat, bahwa disepanjang waktu itu, pada pertandingan lokal, nasional, regional, dunia, dan Olimpiade. Di dalam semua pertandingan yang ia ikuti, termasuk babak kualifikasi, perempat final, semi final, dan final, Steve Redgrave hampir tidak pernah dikalahkan! Lebih dari itu, dalam setiap Olimpiade yang diikutinya, ia bertanding dengan perahu dan kru yang berbeda - Steve-lah yang menjadi Faktor Sukses-nya!
Dalam Olahraga dayung, ada sebuah moto yang dihidupi oleh banyak pedayung besar: “Mil membentuk juara”. Ini berarti, Ketekunan latihan yang teratur, baik di air maupun di darat adalah “resep rahasia” yang menghasilkan Medali Emas Olimpiade.
Steve Redgrave adalah contoh utama bagaimana Ketekunan dan Visi Hidup yang benar dapat mengubah seorang bocah yang hanya diberi sedikit harapan untuk sukses menjadi seseorang “atlet Olimpiade terbesar sepanjang zaman”, serta menjadi bintang teladan. Sebagai pengakuan terhadap kepandaian dan stamina mental serta jasmaninya yang luar biasa, Redgrave telah menerima banyak gelar kehormatan, penghargaan, termasuk gelar kebangsawanan. ***

BELAJAR DARI ANAK ELANG

Konon ada seorang petani di sebuah desa menemukan sebutir telur elang. Telur elang itu lalu di bawanya pulang. Sampai di rumah, petani tadi mengeramkan telur elang tersebut bersama dengan telur-telur ayam yang sedang dierami induknya.
Setelah menetas, anak elang tadi hidup dan berperilaku seperti anak-anak ayam, karena anak elang itu mengira bahwa dirinya memang anak ayam. Ia mengais-ngais tanah untuk mendapat makanan. Sesekali mengepak-ngepakan sayapnya dan terbang beberapa meter saja. Ia berkokok seperti halnya anak ayam yang lain.
Suatu ketika ia melihat seekor elang terbang dengan gagahnya di angkasa. “Wow, luar biasa, siapa dia?” kata anak elang itu bertanya kepada anak ayam. “Itulah elang, si raja segala burung,” kata anak ayam di sekitarnya.
“Andai saja kita bisa terbang seperti dia, sungguh luar biasa!”
“Ah, jangan mimpi, dia itu makhluk angkasa, sedang kita hanya makhluk bumi. Kita hanya ayam!” kata anak ayam.
Al kisah, anak elang itu tetap saja tidak menyadari bahwa dirinya adalah anak elang. Ia tetap makan, minum, dan berperilaku seperti anak ayam. Tragisnya, anak elang tadi hidup sampai mati sebagai anak ayam, karena begitulah pandangan tentang dirinya.
Boleh jadi kita seperti anak elang yang berperilaku dan hidup seperti anak ayam. Akhirnya, mati pun sebagai anak ayam. Hati-hati dengan pandangan Anda tentang diri Anda sendiri. Apa yang Anda pikirkan dan Anda bayangkan tentang siapa diri Anda bisa menjadi kenyataan.
Meminjam konsep Psychocybernetics yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Maxwell Maltz, pencitraan diri ini sangatlah penting dan menentukan menjadi siapa kita nanti. Mengapa demikian, menurut Maxwell Maltz, manusia selalu bertindak, merasa, dan berprestasi menurut apa yang mereka bayangkan sebagai benar tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.
Jika Anda memiliki citra diri, konsep diri, atau pandangan tentang diri bahwa Anda tidak berkompeten dalam pekerjaan Anda sekarang, Anda tidak memiliki kemampuan untuk mencapai sasaran, maka Anda pun betul-betul menjadi tidak kompeten dan tidak mampu mencapai sasaran.
Setiap individu memiliki kelebihan dengan berbagai kecerdasan. Mengutip teori tentang Multiple Intelligence yang diciptakan oleh Howard Gardner, setiap orang memiliki tujuh kecerdasan yaitu kecerdasaran bahasa, kecerdasan musik, kecerdasan pasial, kecerdasan matematika, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intra personal, dan kecerdasan interpersonal. Yang kemudian ditemukan lagi oleh Gardner 3 kecerdasan yaitu kecerdasan naturalis, kecerdasan eksistensia, dan kecerdasan spiritual.
Kecerdasan itu ada pada setiap orang. Hanya saja, kita banyak yang belum menyadari sehingga potensi tersebut kurang mendapat kesempatan untuk aktualisasi. Akibatnya, kualitas diri kita tidak berkembang secara maksimal.
Kecerdasan manusia yang luar biasa itu merupakan modal yang luar biasa untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Itu sebabnya benar kata filosof legendaris Socrates “Gnothi Teauton” (Kenalilah dirimu). Selama ini, kita memang kurang mengenal diri sendiri, dengan segala potensi yang dikaruniakan oleh Tuhan.
Dalam diri kita masih banyak kecerdasan lain di samping tujuh kecerdasan yang ditemukan oleh Howard Gardner. Sebut saja misalnya kita juga punya potensi berupa IQ (Intellegence Quotient) yang ditemukan juah sebelumnya oleh Binnet pada 1905, dan penemuan mutakhir di era 1990-an adanya potensi EQ (Emotional Quotient) oleh Daniel Goleman, AQ (Adversity Quotient) oleh Paul Stolz, dan SQ (Spiritual Quotient) oleh Danah Zohar dan Ian Marshal.
Sadari dan yakinlah bahwa Anda punya banyak potensi. Aktualisasikan potensi Anda melalui tindakan dan kerja keras, maka tindakan Anda itu akan membuahkan hasil yang maksimal. Nggak percaya? Coba saja. Gratis kok. Sekarang belum terlambat menyadari bahwa Anda ‘Elang’ bukan ayam. ***

MEMBUAT DIRI BAHAGIA



Apa mungkin seseorang merasa bahagia setiap saat? Tak peduli apakah ia orang kaya atau miskin, punya jabatan atau tidak, tua atau muda, sehat atau sakit, kapan saja atau di mana saja dalam semua keadaan. Jawaban dari pertanyaan itu bisa mungkin atau tidak mungkin. Anda pilih yang mana, kalau Anda punya jawaban “mungkin,” ada baiknya meneruskan membaca artikel ini. Siapa tahu Anda bisa merasa bahagia setiap saat. Caba saja.

Apa sih yang disebut bahagia itu? Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda, karena bisa membuat definisi sendiri-sendiri. Sekedar untuk menyamakan persepsi, ada baiknya saya ajak Anda untuk membuka kamus. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karya Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, ditulis bahwa bahagia merupakan keadaan atau suasana hati yang tentram dan damai, suasana hati yang bebas dari rasa susah.
Dalam pengertian bahagia seperti itu, setiap orang bisa merasakannya sesuai dengan keadaan yang diinginkan. Pemuda yang mendambakan pasangan wanita yang cantik, berkulit putih, memiliki tinggi di atas rata-rata, cerdas, dan setia, tentu akan merasa bahagia apabila pasangan yang memenuhi kriteria itu berhasil dimiliki.
Sama halnya, orang yang mengharapkan memiliki mobil BMW terbaru, ia akan merasa bahagia apabila harapan memiliki mobil BMW terbaru itu menjadi kenyataan. Demikian pula, mereka yang berjuang mewujudkan sasaran bisnisnya terpenuhi tahun ini, akan merasa bahagia apabila sasaran itu berhasil dipenuhi. Dan, masih banyak lagi contoh lain sesuai dengan keinginan dan harapan masing-masing.
Kalau keinginan, harapan dan sasaran dapat dicapai otomatis saat itu puas, tentram, dan damai. Persoaalannya adalah bagaimana agar tetap merasa bahagia walaupun keinginan, harapan, atau sasaran tidak menjadi kenyataan.
Kebahagiaan terkait dengan perasaan. Kabar baiknya, keadaan perasaan itu bisa dipengaruhi oleh pikiran, fisiologis, dan spiritualitas. Dalam perspektif ilmu pengetahuan, meminjam konsep NLP (Neuro Linguistic Programming), yang diciptakan oleh Richard Bandler dan John Grinder, bahwa untuk mengubah perasaan kita, tak peduli bagaimana keadaan perasaan saat itu, kita dapat mengubahnya dengan mengubah keadaan (state) kita, dengan cara mengubah fokus pikiran atau fisiologis kita. Dalam konteks ini tentu saja, kalau perasaan Anda sedang kecewa, sedih, malas, takut, atau perasaan yang dianggap negatif, Anda bisa mengubah seketika perasaan negatif menjadi perasaan yang positif seperti tentram, damai, dan bebas dari rasa susah.
Contohnya, ketika Anda merasa kecewa karena bisnis Anda tidak berhasil, saat itu juga Anda dapat mengubah perasaan kecewa itu menjadi bahagia. Bagaimana bisa begitu. Cara kerjanya, ketika Anda merasa kecewa, saat itu pula bisa mengubah fokus pikiran Anda dari masalah yang membuat Anda kecewa kepada masalah lain yang dapat membuat perasaan Anda bahagia. Misalnya, Anda mengingat saat-saat ketika mengalami keberhasilan dalam bisnis. Atau, bisa juga Anda mengubah fokus pikiran Anda kepada keadaan ketika Anda merasa bahagia ketika bercinta dengan pasangan Anda. Buatlah setidaknya 10 daftar pengalaman dan ide yang membuat Anda bahagia. Selanjutnya jika Anda mengalami emosi negatif, seketika Anda bisa berbahagia dengan mengingat pengalaman atau ide-ide yang membuat Anda bahagia tadi.
Cara lain yang lebih mudah, dengan mengubah fisiologis Anda. Misalnya, ketika Anda kecewa, ubahlah postur tubuh Anda seperti memandang ke atas, tertawa, jogging, mengatur nafas agar lebih teratur, meditasi, loncat tali, atau melakukan gerakan-gerakan fisik yang berbeda dari saat Anda kecewa. Dengan mengubah fisiologis Anda, perasaan Anda pun akan berubah seketika, dari emosi negatif menjadi positif.
Dalam perspektif spiritual, setiap agama mengajarkan agar kita selalu bersadar kepada kekuasaan Tuhan. Hidup adalah perjuangan untuk mengatasi masalah. Apapun masalahnya, kita seyogyanya memandang masalah itu tidak hanya dalam perspektif keilmuan saja, apalagi hanya perspektif bisnis yang ujung-ujungnya tidak lain adalah masalah materi. Kita perlu memiliki pandangan lain yang bertumpu pada iman atau perspektif spiritual.
Jika kita melandasi cara berpikir, berperasaan, berkehendak, bersikap dan bertindak termasuk dalam berbisnis dengan landasan nilai-nilai keimanan (spiritual) maka kita akan selalu bahagia dalam menghadapi situasi apa pun dan di mana pun. Mengapa? Karena perasaan itu dalam hati, hati hanya akan terpenuhi kebutuhanya dengan nilai-nilai yang non materi atau spiritual. Itu sebabnya, masalah keimanan kepada Tuhan janganlah diabaikan.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menyatakan secara tegas bahwa “Orang-orang yang beriman hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Dan, hanya dengan mengingat Allah, maka hati akan menjadi tentram.” Keimanan kepada Allah didalamnya mengandung prinsip bahwa “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung,” (QS. Ali Imron: 173) dan “Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” (QS. Al Anfal: 40).
Jika prinsip bersumber dari iman itu kita pegang teguh, maka tak ada kekuatan apa pun yang mampu membuat kita kecewa, sedih, takut, apa pun perasaan negatif itu. Sebaliknya, kita akan selalu dapat menikmati setiap keadaan dengan perasaan yang tentram dan damai, serta jauh dari rasa susah. Bukan hanya setiap saat, tetapi juga sepanjang waktu hidup kita.
Perlu diingat bahwa perasaan-perasaan yang negatif itu bisa menjadi beban. Kalau Anda ingin lari cepat, ke mana pun akan menuju. Sebaiknya beban itu dilepaskan dan ditinggalkan. Jika Anda tanpa beban, Anda akan mampu berlari lebih cepat menuju impian Anda.
Hidup hanya sekali di dunia ini mengapa kita mesti dikendalikan oleh perasaan kecewa, sedih, dan perasan lain yang bersifat negatif. Tuhan telah memberikan semua modal dan bekal bagi kita agar dapat menikmati hidup ini. Singkatnya, Anda bisa merasa bahagia setiap saat, kenapa tidak mencoba.
Tidak usah menunggu, nanti kalau sudah sukses, baru merasa bahagia. Mari menikmati moment demi moment hidup yang kita jalani ini dengan perasaan bahagia, kapan saja, di mana saja, dan dalam keadaan apa saja, sepanjang masa hidup kita.
Untuk itu, kita bisa menggunakan tiga pendekatan, yaitu mengubah fokus pikiran, mengubah keadaan fisiologis, serta senantiasa mengingat Allah.***

KEYAKINAN YANG MEMBERDAYAKAN


Anda kurang puas dengan apa yang telah Anda capai saat ini baik dalam kehidupan pribadi, karir, maupun bisnis dan ingin mencapai kondisi ideal di kemudian hari, maka mulai sekarang berhati-hatilah dengan apa yang anda percayai. Mengapa? Karena pada hakikatnya, hasil apapun yang saat ini dicapai oleh seseorang baik dalam bisnis maupun kehidupan pribadi, sesungguhnya hanyalah buah dari suatu tindakan kita sendiri. Faktanya, tindakan-tindakan kita itu dipengaruhi oleh kepercayaan serta keyakinan kita sendiri.
Kepercayaan dari kata dasar ‘percaya’ berarti sikap menerima kebenaran atas sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa pendapat, orang, peristiwa, atau yang lainnya. Kepercayaan itu bisa benar dan bisa salah tergatung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan, maupun nilai-nilai yang menjadi pengangan pribadi seseorang. Jadi tidak semua kepercayaan itu benar. Suatu kepercayaan bisa saja salah.
Kepercayaan yang didukung oleh bukti-bukti yang pasti benar disebut keyakinan. Semua kepercayaan maupun keyakinan di dunia ini tetap saja bersifat relatif. Kepercayaan yang mutlak benar dan wajib menjadi keyakinan kita adalah kepercayaan yang dilandasi oleh hukum-hukum maupun firman Tuhan yang bersumber dari kitab suci yang pasti benar.

Tidak memberdayakan dan memberdayakan

Apapun kepercayaan Anda terhadap sesuatu janganlah membuat Anda menjadi tidak berdaya. Kepercayaan yang tidak memberdayakan inilah kepercayaan yang salah. Ini penting, karena kalau Anda memiliki kepercayaan yang salah maka itu akan mempengaruhi sikap dan tindakan Anda. Kepercayaan yang salah akan melahirkan sikap dan tindakan yang salah. Kepercayaan tersebut berarti tidak memberdayakan Anda. Jika ini yang terjadi, maka sasaran apapun yang Anda inginkan tidak akan terwujud.
Beberapa kepercayaan yang tidak memberdayakan contohnya; Saya kurang pengalaman, saya tidak mampu meyakinkan, saya tidak punya relasi, saya tidak berbakat berbisnis, masa depan saya tampak suram, dan lain lain. Termasuk kalau Anda berpendapat bahwa diri Anda tidak mampu mencapai suatu sasaran tertentu, maka Anda pun menjadi benar memang Anda tidak mampu mencapai sasaran tersebut.
Jika pendapat, asumsi, atau pernyataan itu dipercayai, diterima sebagai sesuatu yang benar, maka sikap maupun tindakan Anda akan menjadi terbatas. Artinya, Anda menjadi tidak berdaya, karena dibatasi oleh pendapat yang dipercayai oleh pikiran Anda. Pendapat yang Anda percayai inilah yang membatasi sikap dan tindakan Anda sehingga gagal mencapai sasaran yang Anda inginkan.
Pendapat-pendapat seperti itu, baik yang timbul dari pikiran kita sendiri, pendapat orang lain, maupun pengalaman kita sebelumnya, kalau kita ingin tetap eksis, bertumbuh secara professional, dan mencapai sasaran-sasaran kita, maka kepercayaan tadi haruslah diganti dengan kepercayaan yang memberdayakan.
Kepercayaan yang memberdayakan itu sangat penting agar kita selalu termotivasi untuk bersikap positif dan bertindak menuju sasaran yang kita ingin capai. Berikut beberapa contoh kepercayaan yang memberdayakan, seperti; Anda pasti berhasil kalau tidak pernah menyerah, ada kemauan pasti ada jalan, semua bisa dilakukan kalau kita mau, hidup adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, hidup seperti roda pedati kadang kita di bawah dan kadang kita di atas, dan lain lain.

Keyakinan berbasis nilai-nilai spiritual

Kepercayaan yang mutlak benar, yang tidak perlu diragukan lagi adalah bersumber dari firman atau janji-janji Tuhan. Atau, bisa juga disebut keyakinan yang berbasis pada nilai-nilai spiritual.
Keyakinan inilah yang menjadi sumber energi yang tidak pernah habis. Energi yang siap setiap saat dipergunakan untuk memberdayakan diri kita. Dalam kitab suci Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: Innama tuu’aduuna la waaqi’ yang artinya “Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti terjadi” (Al-Qur’an Surat : 77: 7).
Nilai-nilai spiritual yang mengandung energi luar biasa itu antara lain: Bersyukur dan berkontribusi.
Dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7, Allah berfirman: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambahkan nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-KU, maka sesungguhnya azab-KU sangat pedih.”
Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya bersyukur kepada Tuhan. Bersyukur mengandung makna bahwa kita mengakui keberadaan Tuhan. Kita mengakui bahwa apa yang kita miliki adalah semata-mata berasal dari Tuhan. Itu juga berarti bahwa kita meyakini bahwa Tuhan adalah sumber dari semua yang kita inginkan. Yang lebih penting lagi, ketika kita bersyukur maka kita menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan. Hubungan harmonis yang dilandasi rasa syukur dan terima kasih itu, melahirkan kondisi psikologis yang tenang dan optimistis, yang pada gilirannya melahirkan sikap dan tindakan yang positif. Sikap dan tindakan yang positif inilah yang kemudian melahirkan buah kesuksesan yang lebih besar.
Benarlah janji Tuhan, bahwa kalau kita beryukur niscaya DIA akan menambah nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Terkait dengan masalah kontribusi, Firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 261, menyatakan yang artinya “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan; sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir/tangkai, pada tiap-tiap bulir/tangkai menumbuhkan 100 biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas kurnianya lagi Maha Mengetahui.”
Allah berjanji melipatgandakan imbalan atas setiap kontribusi kita. Tentu kontribusi kita bukan hanya dalam bentuk harta benda, tetapi bisa dalam bentuk harta yang lain seperti tenaga, waktu, gagasan, dorongan moril, dan lain lain. Maknanya, dengan berkontribusi, sesungguhnya kita mengalami suatu proses pembelajaran dan pertumbuhan pada internal pribadi kita yang otomatis melipatgandakan kemampuan kita untuk menghasilkan kembali apa yang telah kita berikan kepada orang lain.
Ketika berkontribusi kepada pihak lain misalnya kepada customer, organisasi, maupun perusahaan, maka kita juga memproses peningkatan kualitas diri maupun kompetensi kita dalam aspek fisik, intelektual, emosi, maupun spiritual yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan kita dalam meraih hasil yang lebih baik atau mencapai apa yang kita inginkan.
Nabi Muhammad SAW, yang juga dikenal sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia, dalam hadits beliau memberikan nasihat; kalau Anda memiliki suatu keinginan maka dianjurkan untuk banyak bersedekah (berkontribusi). Dengan banyak bersedekah secara ikhlas, maka Allah akan membuat yang sulit menjadi mudah, yang jauh menjadi dekat, dan akhirnya apa yang kita inginkan menjadi kenyataan.
Akhirnya, kepercayaan atau keyakinan yang memberdayakan sangatlah diperlukan sebagai dasar tindakan yang positif. Kepercayaan yang bersumber dari nilai-nilai spiritual khususnya janji-janji Tuhan dalam kitab suci Al-Qur’an yang pasti dan mutlak benar adalah sumber energi dan dasar tindakan yang paling tepat dan kondusif dalam mencapai sasaran mulia dan terpuji yang kita inginkan. Dan, rahmat Allah senantiasa tersedia dan tercurah untuk kita.***