Jumat, 17 Oktober 2008

MENGHARGAI KEHIDUPAN

Oleh: Sugeng Widodo
Belum tuntas penyelidikan yang dilakukan oleh Polisi terkait kasus pembunuhan berantai “Si Jagal” Ryan asal Jombang dengan korban 11 orang, masyarakat dikejutkan lagi dengan munculnya berita pembunuhan tiga orang sekaligus yang diawali perampokan oleh petugas keamanan lingkungan Nendi Suhendi di Menteng Jakarta Selatan (Sindo, 4 Agustus 2008). Korbannya adalah Hamonangan Hutabarat mantan pejabat tinggi Depkeu beserta istri Marinta Simatupang dan Santi seorang pembantunya.
Kasus pembunuhan dengan kekerasan maupun bunuh diri bukanlah berita baru, karena nyaris hampir setiap hari kasus pembunuhan muncul di media cetak maupun media elektronik.
Belum lama kita juga dikejutkan dengan kasus seorang siswa, Septian Catur Wibowo (15 th) asal Sidoarjo Jatim yang menggantung diri akibat frustasi gagal diterima SMP Negeri 3 Taman di daerahnya (Sindo, 31 Juli 2008). Di edisi yang sama, juga terdapat berita, Astuti (41 th) Wanita pekerja seks komersial asal Kabupaten Semarang tewas dengan luka tusuk dibagian leher dan pinggul. Kasus pembunuhan juga terjadi “Kakak Tega Bunuh Adik Kandung” di Tapanunuli Tengah Sumut.
Apa yang terjadi dengan masyarakat kita. Mengapa begitu mudahnya mengakhiri hidup baik diri sendiri maupun orang lain? Seringkali pembunuhan yang terjadi timbul karena masalah sepele seperti tersinggung, marah, dendam, merasa gagal, atau kesulitan ekonomi.

Hak Tuhan
Hidup merupakan pemberian Tuhan yang diberikan kepada makhluk termasuik manusia. Jadi hanya Tuhanlah yang paling berhak mengambil kembali hak hidup makhluknya.
Kalau toh hakim dalam proses pengadilan harus memutuskan hukuman mati kepada seseorang sebut saja seperti Ny. Astuti di Surabaya, Dukun AS di Deli Serdang, Alex Rio Bullo Jakarta, dan Usep alias Tubagus Yusuf Maulana. Hukum itu juga atas nama Tuhan karena mereka yang dihukum mati terlalu besar kesalahannya sehingga tidak bisa lagi dimaafkan.
Seandainya pemerintah jadi memberikan hukuman mati kepada para koruptor, keputusan melalui pengadilan itu juga atas nama Tuhan karena besarnya kerugian dan bahaya yang ditimbulkan bagi masyarakat akibat perilaku koruptor itu.
Singkatnya siapapun orangnya dan di manapun kita berada tak seorang pun berhak mengambil hak hidup kita tanpa alasan yang dibenarkan oleh agama dan hukum yang berlaku. Tidak ada satu pun agama di bumi ini yang membenarkan tindakan menghambil hak hidup orang lain tanpa alasan yang benar.
Jika dicermati berbagai alasan yang memicu tindak pembunuhan itu, maka dapat diketahui bahwa di masyarakat kita sekaang sedang kehilangan pegangan hidup. Intinya sebagian masyarakat kita tidak mampu mengendalikan diri karena keringnya nilai-nilai spiritual/agama dalam dirinya, kurangnya solidaritas sosial, serta proses pendidikan baik formal maupun nonformal yang selama ini tidak memberikan bekal cukup untuk menghadapi realitas kehidupan dengan aneka permasalahannya.
Hal itu terbukti begitu mudahnya timbul perbuatan menghilangkan nyawa orang lain hanya karena tersinggung, marah, dendam, ingin mengambil hak milik orang lain dan sebagainya.

Mulai Diri Sendiri
Siapa yang bertanggungjawab menghentikan tindakan pembunuhan seperti itu agar tidak terulang lagi. Orang yang bisa menghentikan adalah diri kita masing-masing. Bahkan polisi pun tidak akan sanggup mengawasi seluruh masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, kuncinya adalah diri sendiri. Dalam hal ini, ada baiknya apabila masing-masing diri kita selalu membuka pikiran untuk menerima informasi-informasi baru khususnya terkait dengan bagaimana mengelola diri sendiri. Sekarang banyak sumber informasi bisa diperoleh dengan mudah baik melalui media cetak, media elektronik, sampai internet maupun SMS via HP untuk mendapatkan informasi maupun motivasi untuk memperbaiki soft skill pribadi.
Dengan membuka pikiran kita terhadap informasi suatu ketika kita akan mendapatkan ide-ide untuk membuat hidup kita menjadi lebih baik. Agar kita mampu menghadapi tekanan hidup maka yang perlu dilakukan diantaranya;
Pertama, terus mendekatkan diri kepada Allah. Dengan terus menerus mendekatkan diri kepada Allah niscaya kita dibimbing dan diberi kekuatan untuk menghadapi masalah apapun. Dengan dekat kepada Allah baik melalui ibadah wajib maupun sunnah kita menjadi lebih mampu mengendalikan emosi diri. Pengendalian emosi ini penting karena pada hakikatnya setiap perbuatan itu didorong oleh emosi kita.
Karena itu yang terpenting adalah membuat emosi kita positif. Caranya adalah dengan mengisi pikiran dan emosi kita dengan nilai-nilai spiritual atau agama. Dengan dekat kepada Allah kita bisa menemukan kebahagiaan sejati meskipun kita hidup dalam berbagai tekanan dan kesulitan.
Kedua, dengan mengubah cara pandang kita terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Masalah apapun sesungguhnya bersifat netral. Cara kita memandang dan memberi respon akan menentukan imbalan yang kita terima.
Ketika seseorang menghadapi masalah kesulitan ekonomi, seperti yang dialami banyak orang di masyarakat kita akhir-akhir ini, maka kesulitan ekonomi itu bersifat netral. Jika kita memberi respon secara negatif, dalam bentuk perbuatan kejahatan seperti mencuri, mencopet, merapok, atau korupsi maka cepat atau lambat imbalan yang buruk akan kita peroleh.
Paling ringan kalau tertangkap hukumannya di tempeleng satpam sampai paling berat dipukuli rame-mare atau bisa dibakar masa. Bisa juga hanya di bui beberapa hari, tapi mungkin saja kalau Anda korupsi bisa dibui bertahun-tahun atau di hukum mati.
Kita bisa mengubah kesulitan yang kita hadapi apapun masalahnya dengan respon positif. Misalnya, yang paling sederhana adalah mawas diri. Mengapa kesulitan itu muncul? Mungkinkah karena kita kurang keahlian, kurang prehatian, atau mungkin karena tidak tahu sumber masalahnya. Solusinya, kita bisa belajar menambah keahlian, memberi perhatian, atau bertanya kepada teman, keluarga, atau profesional yang kita anggap lebih mampu.
Kuncinya, yang paling utama adalah kita buat diri kita sendiri dulu agar memiliki pikiran dan emosi yang baik. Singkatnya buat perasaan kita enak dengan mencari ide sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Setelah ide-ide dihimpun maka pilihlah ide-ide yang membuat perasaan tetap enak. Jika kita mampu membuat perasaan kita enak, senang, bahagia, maka apapun yang kita hadapi mejadi ringan. Cepat atau lambat kita pun akan mampu menyelesaikannya dengan baik, tanpa harus bertindak kekerasan baik terhadap diri sendiri, keluarga, apalagi orang lain. Yang pada akhirnya kita juga sendiri yang rugi.

Masyarakat Ikut Bertanggungjawab

Masyarakat tentu ikut bertanggungjawab untuk mencegah timbulnya tindak kekerasan yang berlanjut pada pembunuhan. Unsur-unsur dalam masyarakat bisa disebut misalnya pemeintah, lembaga pers, industri, lembaga pendidikan, serta tokoh-tokoh masyarakat atau agama.
Tanggungjawab sosial itu bukan hanya terkait dengan masalah ekonomi saja tetapi yang lebih penting adalah kesadaran atas potensi yang dimilikinya baik individu maupun sosial serta bagaimana mengelolanya untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Potensi yang banyak diabaikan adalah kekuatan fisik, pikiran, perasaan, spiritual, dan waktu 24 jam dalam satu hari. Jadi Tuhan memberi hak hidup kepada manusia sudah dilengkapi dengan potensi-potensi itu. Jika saja setiap orang menyadari dan mengetahui bagaimana memberdayakan potensi dirinya maka tidak akan terjadi tindakan kekerasan maupun kejahatan lainnya.
Sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing semua unsur masyarakat dapat mewujudkan tanggungjawab sosialnya dengan memberikan perspektif baru agar setiap orang dapat memberdayakan semua potensi dirinya.
Mindset masyarakat perlu diperbaui terutama dalam melihat masalah yang dihadapi. Setiap orang pasti punya masalah. Yang perlu diingatkan bahwa kita memiliki banyak potensi termasuk pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, motivasi maupun hubungan sosial kita bisa untuk menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi.
Di sisi lain, perlu ditumbuhkan kesadaran orang-orang di sekitar kita khususnya orang terdekat yakni keluarga kita sendiri atau teman kita. Kesadaran apa? Kesadaran bahwa hidup ini adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri. Kalau kita masih hidup kita masih bisa menikmati banyak hal, walaupun kita punya banyak masalah. Masalah apapun bentuknya sesungguhnya bagian dari kehidupan kita yang harus disikapi dengan baik. Dengan masalah atau kesulitan hidup Tuhan mendidik kita agar kita lebih siap menghadapi masalah lain yang lebih besar yang mungkin timbul kemudian hari.
Adanya masalah juga pertanda bahwa kita sedang bersiap dan berproses untuk meningkat ke level kehidupan yang lebih baik. Kita bisa melihat hidup ini dengan perspektif yang berbeda bahwa hidup ini adalah indah. Jadi, sebaiknya kita berusaha bisa menikmati hidup ini meskipun banyak kesulitan yang kita hadapi. Jika kita bisa menikmati hidup ini di tengah banyaknya masalah dan kesulitan hidup, maka kebahagiaan sejati dapat kita rasakan.
Di sisi lain kita menjauhkan diri dari mindset yang negatif dalam memandang hidup ini seperti hidup adalah penderitaan, hidup tidak adil, dan sejenisnya yang justu membatasi diri untuk memberdayakan potensinya. Mindset yang memandang hidup secara negatif akan berdampak pada timbulnya sikap dan tindakan yang negatif pula.
Agar kita tetap bisa menikmati dan menghargai kehidupan maka kita hendaknya selalu mensyukuri anugerah Tuhan berupa hak hidup kita. Apapun yang terjadi kita seyogyanya tetap berusaha untuk bisa menikmati hidup ini, walaupun segunung masalah terbentang di depan kita.
Dengan dekat kepada Allah dan mengubah mindset kita dengan mindset spiritual maka kita akan merasa segala sesuatu dalam hidup ini menjadi mudah dan indah. Itu berarti kita menghargai kehidupan. Selamat menikmati kehidupan ini.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar