Kamis, 13 Desember 2007

MENGELOLA EMOSI MEMBANGKITKAN MOTIVASI

Indonesia Menangis lagi. Minggu, pagi, 26 Desember 2004, gempa dan gelombang tsunami menimpa saudara-saudara kita di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Musibah itu telah menelan ribuan korban jiwa dan sejumlah besar harta benda. Musibah yang sama juga menimpa negara tetangga antara lain Thailand, Srilanka, Maladewa, Malaysia dan India. Sebelumnya, serangkaian musibah juga baru saja terjadi menimpa saudara-saudara kita di beberapa daerah antara lain gempa di Nabire, jatuhnya dua helikopter di Papua dan Wonosobo, tergelincirnya pesawat Lion Air di Solo serta tambrakan beruntun di Jalan Tol Jagorawi Jakarta.
Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyatakan musibah yang terjadi di NAD dan Sumut sebagai musibah nasional. Melihat kondisi masyarakat yang mengalami musibah pasca gempa di sana, emosi kita menjadi tersentuh. Emosi yang tersentuh mendorong timbulnya solidaritas sosial untuk memberikan bantuan, tanpa melihat latar belakang agama maupun suku. Selain individu, juga kelompok bahkan negara lain pun dapat tergerak untuk memberikan bantuan kepada mereka yang mengalami musibah. Dalam waktu singkat puluhan milyar Rupiah dapat dikumpulkan dan berbagai bentuk bantuan digalang dari berbagai kalangan untuk membantu korban.
Itu sekadar gambaran bahwa emosi dapat menggerakkan siapapun untuk melakukan suatu tindakan yang positif. Karena itu, janganlah meremehkan keadaan emosi Anda. Mengapa? Emosi adalah salah satu potensi dalam diri manusia yang bisa diubah menjadi energi. Jika Anda salah mengelola keadaan emosi akibatnya bisa merusak kehidupan Anda. Sebaliknya, jika Anda dapat mengelola dengan benar emosi Anda maka emosi itu akan menjadi energi yang dahsyat berupa motivasi diri untuk mencapai keberhasilan.
Emosi hanyalah sebagian kecil dari karunia Tuhan yang diberikan kepada kita. Ada karunia lain yang tidak kalah penting sebagai sarana untuk mencapai kehidupan yang lebih baik sesuai dengan impian kita. Sebut saja misalnya, potensi fisik, potensi pikiran, maupun potensi spiritual. Menurut sebuah penelitian umumnya seseorang hanya menggunakan antara 10 - 40 persen dari potensinya.
Tentang emosi, menurut teori psikologi, emosi terbagi dalam lima konsep dasar yaitu sayang, senang, marah, takut, dan sedih.

Emosi sayang: Ketika sang anak sakit, seorang ibu rela menjaga siang malam, kurang tidur, dan kurang istirahat untuk merawat anaknya agar segera sehat kembali. Kekuatan emosi sayang ditunjukkan pula pada pengorbanan seorang istri terhadap suami yang sedang menderita sakit maupun pengorbanan anak dalam merawat orang tuanya yang sudah sakit-sakitan. Energi yang timbul dari emosi sayang seperti ini bisa diubah menjadi sumber motivasi untuk meraih prestasi yang maksimal dalam profesi kita saat ini. Bukti sayang Anda kepada keluarga dapat memicu semangat untuk bekerja keras. Dengan kerja keras kinerja Anda maksimal. Kinerja yang maksimal akan berbuah pada imbalan yang lebih baik sehingga Anda pun dapat mewujudkan kesejahteraan yang baik bagi keluarga Anda.
Emosi senang: Emosi senang bisa pula diarahkan untuk meraih kinerja profesional yang maksimal. Coba saja kalau kita melakukan pekerjaan dengan senang maka selain kualitas kerja menjadi makin bagus, hasilnya pun jauh lebih baik dari yang kita harapkan. Apabila kesenangan Anda hanya mengarah pada hal-hal yang tidak relevan dan tidak mendukung pada tercapainya impian maka segeralah diganti dengan emosi senang terhadap sesuatu yang dapat mendekatkan pada upaya mencapai impian kita. Anda yang paling tahu apakah emosi senang dalam diri Anda membantu atau menjauhkan Anda dari sasaran Anda sendiri.
Emosi marah: Emosi marah seringkali dikonotasikan secara negatif. Orang yang marah biasanya bersikap dan bertindak kurang simpatik. Tidak jarang emosi marah menimbulkan hubungan yang kurang harmonis antar individu. Dalam konteks ini, agar emosi marah dapat berubah menjadi energi berupa motivasi yang bermanfaat bagi kita maka diperlukan perspektif yang baru dalam melihatnya. Ketika seorang teman mengejek, menghina, atau merendahkan harga diri Anda karena Anda tidak pernah berprestasi, marahkah Anda? Anda marah itu wajar. Kemarahan Anda bisa diubah menjadi energi positif untuk mendorong Anda membuktikan bahwa Anda mampu meraih prestasi jauh lebih baik dari mereka.
Emosi takut: Anda takut kehilangan jabatan. Anda takut keluarga telantar ketika Anda tidak produktif lagi. Apa pun bentuk ketakutan Anda bisa menjadi sumber motivasi bagi keberhasilan Anda. Kalau Anda takut kehilangan jabatan, tentu Anda harus mau bekerja keras dan memenuhi target yang menjadi tanggungjawab Anda. Jika Anda takut keluarga Anda telantar maka sekaranglah saatnya Anda bekerja keras untuk menyiapkan sejumlah tabungan untuk bekal kehidupan ketika Anda tidak produktif lagi. Jika Anda takut masuk neraka di akhirat nanti, sekaranglah saatnya untuk memperbaiki diri khusunya dalam berhubungan dengan Tuhan.
Emosi sedih: Secara pribadi, kita pun tentu pernah mengalami kesedihan. Sebut saja misalnya sedih karena tidak ada peningkatan penghasilan seperti yang diinginkan, sedih karena belum ketemu jodoh, sedih karena karir tidak kunjung meningkat, dan sebagainya. Emosi sedih itu tidak boleh berlarut-larut, sebaliknya harus segera diubah menjadi emosi yang positif. Segeralah kita bangkit untuk memperbaiki keadaan agar kesedihan serupa tidak terjadi lagi.
Akhirnya, dalam mengelola emosi kita perlu menjaga keseimbangan emosi. Keseimbangan emosi dapat diciptakan melalui moralitas yang baik. Keseimbangan emosi inilah yang dapat menimbulkan energi berupa motivasi diri yang tinggi. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar